[Cerpen] Sepenggal Kisah Yang Telah Pergi
![]() |
Sumber gambar: Google Image |
Kau ingat sudah berapa malam
kita berjalan terpisah, sejak saat terakhir kalinya kau tatap wajahku dengan
tatapan datar. Gurat wajahmu yang senantiasa ceria mendadak sendu menahan
perasaan kala itu, bibir lembutmu kelu sedang kau tetap diam mematung. Tanpa
kau cerita lebih jelas kepadaku, aku tahu bahwa hatimu sedang dilundung
kegelisahan yang teramat dalam.
“Na, kamu jangan diam saja! Katakan
jika ada yang ingin kau sampaikan.” Itu adalah kata-kataku didetik-detik
terakhir kebersamaan kita. Kau hanya diam dan masih penuh tanda tanya besar.
Aku menghela nafasku lirih, selaras dengan hembusan angin malam yang sendu
menyayat hati.
Aku hanya diam kemudian,
menanti sepucuk kalimat yang akan engkau sampaikan. Disini hanya ada kita dan
keheningan. Entah apa yang ada dipikiranmu, mungkin kacau atau malah kosong
tanpa isi. Kau tak tahu apa yang harus engkau ungkapkan kepadaku. Kulihat
airmatamu menetes pelan secara tiba-tiba, tanganku spontanitas mengusapnya
lembut. Itu adalah pertama kalinya aku melihatmu menangis. Aku tak paham dengan
makna tangis itu, apa mungkin karena luka yang pernah kutorehkan tanpa
kusadari.
Bibirmu perlahan terbuka
sedikit, menuturkan penjelasan singkat yang dalam sekejap membuatku tenggelam
dalam ketidakpercayaan atas apa yang terjadi. Tanpa pernah kukira kau akan
mengucapkan selamat tinggal kepadaku, singkat namun membuatku diliputi beribu
tanda tanya yang tak bisa kujawab meski hanya satu pertanyaan. Kupikir hubungan
kita selama ini baik-baik saja, dan kata-kata terakhirmu itu adalah pertanda
berakhirnya hubungan yang telah kita rajut dengan tawa dan duka.
Baca juga: Melankolia Senja
Aku tak sempat menanyakan
alasan sesungguhnya engkau pergi, karena genggaman tanganku terlalu lemah untuk
memaksamu diam di tempat agar tidak meninggalkanku terduduk sendiri dibangku
taman. Bintang-bintang yang semula terang seolah meredup menyaksikan perpisahan
kita, kenangan-kenangan lalu seolah memudar dan menjadi racun mematikan, waktu
seolah terhenti. Derap kakimu semakin jauh dan semakin jauh, hingga tak bisa
kugapai lagi.
Cahaya kehidupanku seakan
meredup semenjak itu, tanpa kabar yang jelas dan tanpa kepastian yang akan
menuntunku membuat keputusan. Pandanganku kosong, ragaku utuh namun separuh
jiwaku seolah lenyap tertelan masa. Mengingat atas segala yang telah terjadi,
serta kenangan manis diantara jutaan kenangan-kenangan yang telah tergulung layaknya
rol film dalam ingatanku.
Kau adalah kenangan
termanisku sekaligus yang terindah, meskipun itu hanya sekejap. Layaknya daun
yang tertiup angin tepat didepan pelupuk mata, lantas setelah aku berpaling
walau sesaat daun itu telah sirna dari pandangan. Akhir kita memang pedih,
kuharap airmatamu malam itu akan menuntunmu menuju jalan kebahagiaan dengan
orang lain. Aku hanya mampu mendoakanmu, wahai
sepenggal kisah cintaku yang telah pergi.
Kata-kata berat.. teruskan gan!
ReplyDelete