[Cerpen] Ijinkan Aku Menyayangimu
via pixabay.com
Jo
menatap foto itu lamat-lamat sembari mendengarkan lagu jadul yang sendu. Dalam
foto itu, masih terpampang jelas senyuman Lara yang masih ranum waktu itu. Wajah
cantiknya kala itu masih teringat jelas di memori Jo.
Jo
menyalakan rokoknya sebentar lalu menyesap kopi setengah panas yang diseduhnya
beberapa menit yang lalu. Ia mengingat pasti serangkaian peristiwa yang telah
berlalu. Dengan khidmat, dia memulai ritual kenang mengenang yang tentu membuat
luka lamanya terbuka kembali.
***
Kisah
ini berawal ketika Jo jatuh cinta dengan teman baiknya, Lara. Dulu, Lara
merupakan perempuan yang ceria dan senang berbagi cerita dengan Jo.
Cerita-cerita Lara selalu dipenuhi warna dan makna. Jo juga ingat tentang
impian-impian Lara yang seringkali diceritakannya waktu itu. Lara ingin sekali
berkelana ke berbagai tempat yang indah di dunia ini.
Hampir
setiap minggu, Jo dan Lara bersepeda bersama mengelilingi kota dan menikmati
setiap sudut yang menarik yang ada di jalanan. Mereka juga menyempatkan diri
untuk berhenti sebentar di taman kota. Di tempat itulah, Lara dengan leluasa
bercerita tentang segala hal yang terpendam di hatinya.
“Jo,
ada seseorang yang aku sukai saat ini,” Lara membuka percakapan waktu itu tanpa
basa-basi. Itu tidak seperti Lara yang biasanya.
Mendengar
ucapan Lara, Jo menelan ludah. Dadanya terasa terhimpit. Sungguh sesak, namun
ada harap yang menyala di relung hati Jo. Ia penasaran, siapakah sosok lelaki yang
dibicarakan Lara.
“Aku
ingin meminta pendapatmu karena kamu adalah teman terbaikku,”
Kemudian,
Lara pun menyebutkan satu nama lelaki yang membuat Jo termenung untuk beberapa
saat. Jo mengenal lelaki itu. Ia merupakan teman sekelas mereka. Jo selama ini
tahu, Lara bukanlah perempuan yang mudah jatuh cinta. Namun ketika perempuan
itu jatuh cinta, dia akan menjadi perempuan yang sangat tulus dan setia.
“Ah,
kamu serius jatuh cinta dengan dia. Aku turut bahagia mendengarnya,” Jo
mengumbar senyum simpul penuh kepalsuan.
Di
satu sisi, ia ingin melihat Lara bahagia. Namun di sisi yang lain, Jo sangat
kecewa karena dia bukanlah lelaki yang dicintai oleh Lara. Padahal, selama ini
Jo menyimpan perasaan kepada Lara. Waktu yang telah menumbuhkan segala rasa itu
di hati Jo.
Singkat
kata, Lara berpacaran dengan lelaki yang dicintainya. Hati Jo remuk redam
ketika melihat mereka berdua bersama. Namun apa mau dikata, takdir belum
memihak pada Jo. Selama Lara bisa tersenyum bahagia, hal itu sudah cukup bagi
Jo. Ia pun mulai berpikir untuk menjauh dari Lara. Akan tetapi ia tidak bisa
melakukannya karena Lara masih membutuhkan Jo sebagai teman bercerita di
sampingnya.
Jo
sendiri sadar bahwa ia menyayangi Lara. Rasa sayang itulah yang membuatnya
mampu bertahan, meskipun rasa sayang itu tidak mampu ia katakan kepada Lara.
Andaikan ia mampu mengatakannya, hal itu tidak mengubah kenyataan.
***
Iringan
lagu jadul itu masih belum selesai, kenangan masih melintas silih berganti di
kepala Jo. Jujur, Jo sangat merindukan Lara. Ia rindu cerita-cerita Lara yang
selalu membuat hidupnya berwarna. Sayangnya, Jo tidak tahu keberadaan Lara saat
ini. Terakhir kali, Lara mengirimkan sepucuk surat yang mengatakan bahwa ia
baik-baik saja.
Jo
menyeruput kopinya sebentar. Lalu, ia menyalakan kembali sebatang rokok baru.
Cerita ini masih terus berkecamuk di kepala Jo. Ia ingat betul luka yang
diterima Lara karena lelaki brengsek itu.
****
Sore itu, hujan turun dengan
sangat deras. Lara pergi dari rumah tanpa pamit dan Jo khawatir dengan keadaan
Lara. Ia mencari keberadaan Lara ke berbagai tempat. Hingga akhirnya, ia sampai
pada sebuah tempat, taman kota. Ia menemukan Lara duduk sendirian di sana.
Jo segera menghampiri Lara.
Di bawah payung hitam yang dibawa Jo, mereka bergegas menepi dan berteduh dari
hujan. Jo pun melepas jaket abu-abunya, lalu memakaikan jaket tersebut ke tubuh
Lara agar tidak kedinginan.
“Kau kenapa menangis?” tanya
Jo kepada Lara. Perempuan itu terdiam kemudian menumpahkan segala tangisnya di
pelukan Jo. Tangan Jo mengelus pelan rambut Lara, ia mengatakan bahwa semua
akan baik-baik saja. Jo mencoba menenangkan Lara hingga tangis perempuan itu
reda.
“Jika kau tak sanggup
bercerita sekarang, tak apa. Aku akan selalu ada untukmu sebagai teman
bercerita,” ujar Jo menyakinkan Lara. Ia mengusap lembut sisa air mata yang
membekas di sekitar mata mungil Lara yang sembab.
Setelah hujan reda, ia pun
mengajak Lara pulang dengan sepeda miliknya.
Ketika
keadaan Lara sudah mulai membaik, ia menemui Jo dan mengajaknya pergi ke sebuah
pantai. Lara ingin berterus terang dengan Jo tentang apa yang telah terjadi
pada dirinya.
“Aku
menyesal telah mengenal lelaki itu,” kata Lara lirih. Kesedihan masih
menyelimuti wajah cantik perempuan itu. Rasa sakit itu kembali muncul di benak
Lara ketika ia mengingat wajah lelaki brengsek itu.
Ketika
mendengar cerita Lara, suara debur ombak yang sangat keras secara serentak
menerjang hati Jo. Ia sangat terkejut mendengar pengakuan Lara. Dirinya masih
tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan Lara. Kenyataan itu terlalu pahit
untuk diterima oleh Jo.
Lelaki
brengsek itu telah merusak kehormatan Lara. Kejadian itu tidak akan pernah bisa
terhapus dari ingatan Lara.
“Maaf,
Jo. Seharusnya dari dulu aku tidak pernah membuka hatiku untuk dia. Aku tahu
kau marah, tetapi aku tidak ingin kau melampiaskan kemarahanmu kepada dia. Itu
tidak artinya. Aku percaya, Tuhan akan memberikan karma yang setimpal kepada dia,”
“Kau
yakin? Lelaki brengsek itu harus diberi pelajaran,” Jo mengumpat kesal. Lara
hanya tersenyum mengisyaratkan bahwa semua sudah tertinggal di belakang.
“Ada
satu hal lagi yang ingin kukatakan kepadamu, Jo. Aku tidak yakin apakah aku
bisa mencintai seseorang lagi. Mungkin, aku akan menutup hatiku untuk semua
lelaki,”
Jo
pun terdiam. Sejujurnya ia ingin memberitahu Lara bahwa selama ini dia sangat
menyayanginya. Namun, keadaan saat ini belum bersahabat. Lara masih butuh waktu
untuk dirinya sendiri.
Selang
beberapa waktu, Jo mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Lara dan
keluarganya memutuskan untuk pindah keluar kota. Mungkin, itu adalah pilihan
terbaik bagi Lara. Di kota ini, ada kenangan pahit yang tidak akan bisa
dilupakan oleh Lara. Jo pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak kuasa menahan Lara
untuk tidak pergi.
Sebelum
berpisah, Jo menemui Lara untuk yang terakhir kalinya. Ia harus mengungkapkan
apa yang selama ini dia pendam. Jika tidak, akan ada penyesalan terdalam yang
bersemayam di hati Jo.
“Aku
harus jujur kepadamu. Aku tahu, kamu telah menutup hatimu. Namun, ada satu hal
yang perlu kamu tahu. Selama ini, aku sangat menyayangimu. Meskipun kamu akan pergi
jauh, ijinkan aku tetap menyayangimu, Lara.”
Lara
terdiam sejenak memandang Jo. Ia baru sadar satu hal bahwa selama ini ada
seorang lelaki yang dengan tulus menyayangi dirinya. Namun, semua sudah
terlambat. Meskipun Lara tahu bahwa Jo sangat menyayanginya, ia tidak bisa
berbuat apa-apa.
“Terima
kasih telah menyayangiku selama ini, Jo. Aku pamit dulu,”
Lara
memeluk Jo untuk sesaat. Kemudian, ia pun meninggalkan Jo yang tengah berdiri
meratapi kepergian perempuan yang sangat disayanginya.
***
Semenjak
itu, Jo tidak pernah bertemu lagi dengan Lara. Hanya sekali, Lara mengirimkan
sepucuk surat untuk Jo bahwa hidupnya mulai membaik dan ia mulai bisa berdamai
dengan masa lalunya. Setelah itu, Lara tidak pernah lagi mengirimkan kabar
kepada Jo.
Jo
pun sudah berusaha mencari keberadaan Lara pasca kepergiannya. Sialnya, ia
masih belum bisa menemukan Lara. Perempuan itu tiba-tiba menghilang dari
kehidupan Jo.
Kini,
Jo menjalani kehidupan normal seperti pada umumnya. Namun, kekosongan yang
ditinggalkan oleh Lara belum bisa terisi oleh apapun. Jo masih menyayangi Lara,
rasa sayang yang membuatnya buta dan menutup hati untuk perempuan lain.
0 Response to "[Cerpen] Ijinkan Aku Menyayangimu"
Post a Comment