Romansa Asik Abang-Abang Warung


ilustrasi from @mogimogy

Tak ada yang lebih membahagiakan selain tertawa bersama keluarga. Menghabiskan waktu bersama ketika senggang. Bercengkerama dalam tawa dibalut cerita-cerita ringan seputar keseharian. Hal inilah yang saya lihat dari abang-abang warung di dekat tempat tongkrongan saya. Saya cukup akrab dengan abang tersebut, tetapi saya tidak tahu nama aslinya. Anggap saja Mas Jon.

Mas Jon ini adalah pria setengah baya dengan perawakan tak terlalu tinggi. Dia membuka warung kecil-kecilan di sekitar telkom. Katanya dalam sebuah wawancara singkat, biaya sewa warung itu sekitar dua ratus ribu per bulan. Warung Mas Jon menyediakan berbagai macam minuman serta pentol goreng telur yang menurut saya enak. Setiap kali saya nongkrong di telkom, saya selalu memesan secangkir kopi di warung Mas Jon.

Karena sering main ke telkom, saya jadi mengenal sekilas keluarga Mas Jon. Dia memiliki istri yang lumayan subur seperti Nunung dan dua orang anak yang sudah lumayan gede. Anak sulung Mas Jon mungkin sudah duduk di bangku SMP, sedangkan anak keduanya masih SD. Mereka sering berkumpul bersama di bangku depan warung sembari ngobrol dan bermain ponsel. Saya suka memperhatikan mereka ketika saya jenuh dan tidak ada inspirasi saat internetan. 

Saya tahu, keluarga Mas Jon mungkin adalah keluarga yang sederhana dengan ekonomi menengah. Namun dari cara mereka berinteraksi dalam kelompok sosial primer yaitu keluarga, tak ada emosi negatif yang terpancar. Malah sebaliknya, keluarga mereka termasuk cerminan keluarga yang baik-baik saja dan bahagia. Tawa yang terdengar dari keluarga mereka tulus menggema.  Ikatan antara orang tua dengan anak terjalin dengan sangat baik.

Baca juga: Cerpen - Pria yang Menangisi Semangkuk Mie Instan


Mungkin bagi keluarga Mas Jon, telkom adalah rumah kedua karena setiap hari mereka menghabiskan waktu di sana. Saya pernah melihat anak dari Mas Jon tidur di telkom karena sudah ngantuk. Sementara warung belum kunjung tutup berhubung banyak yang orang yang memesan di warung itu. Istri Mas Jon menemani anaknya hingga tertidur, sedangkan Mas Jon yang membuatkan pesanan kepada para pelanggan.

Yah, saya memang percaya bahwa uang bukanlah tolak ukur utama dalam meraih kebahagiaan. Ada banyak orang di luar sana yang sibuk mengejar materi dan hidup dengan bergelimang harta, tetapi anak-anak mereka terlantar dan malah salah jalan. Sebagai seorang bapak, Mas Jon adalah sosok yang inspiratif khususnya bagi saya sendiri. Dan saya yakin ada banyak orang-orang di luar sana yang seperti Mas Jon.

Ah, saya sedikit terharu betapa hangatnya hubungan keluarga mereka. Memang, saya juga merasakan hal tersebut dalam keluarga saya sendiri. Namun, kehidupan Mas Jon memberikan perspektif baru bagi saya. Khususnya untuk kehidupan berumah tangga nanti. Saya jadi ingat pesan ibu saya bahwa menjalin rumah itu tidaklah sederhana ibarat kata asam, manis dan pahitnya kehidupan harus dirasakan bersama. Dan saya melihat hal tersebut pada keluarga Mas Jon.

Terkadang, banyak hal-hal sederhana yang luput dari pengamatan kita. Salah satunya adalah kehidupan orang lain. Kalau kita mau untuk merenung, ada banyak hikmah atau pelajaran yang barangkali bisa jadikan inspirasi dalam hidup. Keluarga Mas Jon adalah salah satu contoh kecil yang memberikan secercah inspirasi bagi saya serta mampu menggerakkan hati untuk menulis. Karena saya berharap bahwa tulisan sederhana ini akan mampu memberikan inspirasi juga kepada sobat sekalian.

Akhir kata, saya ingin mengutip kata-kata dari Keluarga Cemara yang berbnnyi “harta yang paling berharga adalah keluarga”.


Baca juga: Mimpi Ketemu Mantan
Previous Post Next Post

Contact Form