Lengkung


itintitan.wordpress.com

Kesalahanku pada waktu itu adalah terpana akan senyumanmu dan meresapkannya dalam hatiku. Aku tahu bahwa tidak seharusnya aku menaruh hati kepadamu. Karena aku pikir, pada awalnya kau adalah perempuan biasa. Ternyata aku salah, kau adalah salah satu perempuan istimewa seperti perempuan-perempuan yang dulu pernah menjadi inspirasiku dalam tulisan-tulisanku. Aku pernah menulis tentang si Penjelma Pingkan; tentang Gadis dengan Tawa yang Malu-Malu serta tentang Layang-Layang. Dan kini giliranmu yang menjelma sebagai inspirasiku untuk menulis cerita. Kali ini, kau berperan sebagai si Lengkung Istimewa yang sempat membuat semestaku berantakan beberapa waktu kemarin.

Andai kau tahu, bagiku jatuh cinta itu merepotkan. Aku malas jika tersiksa kembali oleh perasaan-perasaan semu yang tidak menemui ujung. Namun, nyatanya aku masih kalah dengan virus yang kau bawa pada saat itu. Pertahananku tidak cukup kuat untuk menolak virus tersebut. Terlebih, kau menawarkan senyuman yang pada waktu itu membuat aku ragu dengan diriku sendiri. Sebuah lengkungan senyuman yang bagiku istimewa.

Aku pertama kali melihatmu pada sebuah kesempatan. Namun, aku melihatmu biasa-biasa saja karena aku belum mengenalmu. Tapi pagi itu berbeda. Aku tengah terburu-buru dikejar waktu. Kau duduk manis sementara aku berjalan tepat ke arahmu. Aku menatapmu biasa. Tapi spontan kau melambaikan tangan ke arahku sembari tersenyum manis. Anjir, pikirku. Perbincangan kecil pun tak dapat terelakkan. Aku yang tengah kerepotan meminta sedikit bantuanmu. Kau membantuku dan aku pun berterimakasih kepadamu tanpa memikirkan apapun pada saat itu.

Selang beberapa waktu, ada beberapa perlengkapan yang masih kurang pada persiapan acara pagi itu. Kau harus mengambilnya di sebuah tempat. Karena kau terlihat kebingungan dan terburu-buru berhubung kau harus kuliah pagi itu, aku pun menawarimu tumpangan tanpa berpikir macam-macam. Pada saat itulah perkenalan kita dimulai. Aku baru tahu juga kalau kau satu jurusan dengan salah satu teman SMA-ku. Namun, aku masih terlalu kaku ketika berbicara denganmu. Mungkin karena faktor kita masih baru kenal haha.

Selepas itu, aku melupakan semuanya. Tak ada yang membekas pagi itu. Aku menjalani kuliah seperti biasa. Presentasi dan lain-lain. Namun siangnya semua berubah drastis. Di aula perpustakaan waktu itu, kau kembali menawarkan senyuman padaku. Kala itu, senyumanmu lebih manis jika dibandingkan senyuman pertamamu kepadaku. Terlebih sikapmu yang sedikit lucu membuatku kian gugup dan merasakan kembali virus-virus anjay yang tak ingin kurasakan. Bedebah, aku baru menyadari kalau ternyata aku mulai menyukaimu meskipun aku masih baru saja mengenalmu. Kukatakan selamat karena kau telah berhasil merubah semestaku yang semula teratur menjadi berantakan.
Andai senyumanmu bisa kuhapus pada hari itu, mungkin sekarang aku tak segila ini memikirkanmu. Sayangnya, kau masih tersenyum manis kepadaku keesokan hari. Kau masihlah hangat seperti hari-hari kemarin dan membuatku kian takut dengan diriku sendiri. Dan pada acara puncak malam itu, aku sempat mengabadikan senyum manis itu. Dan perlu kugarisbawahi kembali jika tulisanku kali ini adalah tentang segaris lengkung di bibirmu. Segalanya berputar-putar di situ.

Sebenarnya salahku juga karena terlarut dengan momentum. Aku tak bisa menolak perasaan itu dan aku merasa bahwa sangat menyayangkan jika melewatkanmu terlalu awal. Karena sejujurnya aku ingin mengenalmu lebih dekat. Barangkali memang kehadiranmu sudah direncanakan oleh Tuhan. Entahlah, itu adalah misteri yang aku tidak tahu jawabannya.

Selepas acara malam itu, perasaan itu kian sesak. Aku masih belum bisa melupakan senyumanmu. Lengkung itu terlalu manis untuk dihapus dari ingatan. Sayangnya, aku tidak tahu kapan bisa bertemu denganmu kembali. Dan aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh. Sempat terlintas ingin memasuki kehidupanmu lebih dalam, tetapi kupikir aku tak perlu melakukan hal itu. Barangkali, memang perasaan itu sempat tumbuh sesaat seperti kembang yang mekar namun harus layu karena keadaan. Namun, garis cerita juga mungkin bisa berubah di kemudian hari. Dan aku tidak tahu.

Ketika memikirkanmu, aku jadi teringat kembali kata-kata kawanku saat ngopi bahwa perempuan itu racun dunia. Yap, kau berhasil meracuni pikiranku dengan senyuman manismu. Dan kali ini, aku ingin mengucapkan terima kasih atas senyuman manismu waktu itu. Terima kasih pula telah menginspirasiku untuk menulis cerita kali ini. Aku juga ingin meminta maaf karena telah meminjam judul antologi puisimu kali ini.

Satu lagi yang ingin aku katakan, kau cantik dan aku terlalu pengecut untuk mendekatimu.

Untuk si pemilik lengkung manis yang pernah hadir
lalu menjelma menjadi inspirasiku.
Malang, 17 Oktober 2018

Previous Post Next Post

Contact Form