Bagian Tersulit dari Sebuah Akhir Adalah Memulai Kembali

source: pixabay

Setiap awal pasti akan menemui sebuah akhir, seperti halnya pertemuan dan perpisahan. Hal itu adalah sebuah siklus yang sering terjadi di kehidupan kita. Ya, kita sebagai manusia tahu itu. Tak ada yang abadi di dunia ini. Semua fana. Apapun yang kita banggakan saat ini mungkin akan eksis untuk sementara waktu. Semua ada waktu dan masanya masing-masing.

Yang menjadi persoalan, apakah kita siap dengan sebuah akhir? Bila akhir itu membahagiakan, mungkin bukan jadi hal yang perlu kita persoalkan. Namun, bagaimana jika akhir itu berkaitan erat dengan kesedihan atau kehancuran? Pasti kita akan sulit melaluinya,

Kita tak pernah tahu. Sebaik apapun rencana dan ekspektasi kita, semua akan kalah dengan yang namanya realita. Pasti kita sering mengalami hal demikian. Cinta yang awalnya manis perlahan berubah menjad pahit dan menyakitkan. Teman yang dulu kita percaya perlahan menjauh dari kita pelan-pelan atau bahkan ada menusuk kita dari belakang. Usaha yang dulu kita rintis, karena suatu alasan, usaha kita mendadak rugi dan memaksa kita untuk mengakhirinya. Dan tentu saja masih banyak cerita kehidupan tentang berakhir dengan kisah menyedihkan, seperti kasus-kasus tersebut.

Saya terinspirasi untuk menulis ini ketika patah hati dengan seseorang dan juga sebuah lagu dari band rock kelas dunia, yaitu Waiting for The End karya Linkin Park. Dalam lagu itu terdapat sepenggal lirik lagu yang berbunyi “the hardest part of ending is starting again”. Menurut saya, lirik tersebut patut kita jadikan renungan, khususnya buat kita pernah mengalami kehilangan dan kegagalan dalam hidup.

Saya mendengarkan lagu itu ketika patah hati beberapa bulan yang lalu. Seperti patah hati pada umumnya,  saya merasa hancur dan berantakan usai mengakhiri hubungan dengan seseorang. Rasanya sangat pahit memang karena patah hati membuat kepercayaan diri saya perlahan hancur. Saya merasa muak. Dan yang paling berat buat saya adalah saya merasa sulit untuk memulai cerita lagi dengan seseorang yang baru karena saya telah kehilangan sesuatu yang sangat penting, yaitu kepercayaan.

Jujur, mengembalikan kepingan-kepingan hati yang tlah hancur tidaklah mudah. Semua butuh waktu dan proses. Perjalanan menyembuhkan luka adalah perjalanan yang sangat kompleks. Akhir yang menyedihkan itu seringkali menghantui dan membuat kita terjebak pada sebuah kondisi yang membuat kita tidak ke mana-mana.

Ketika kita memulai cerita dengan seseorang yang baru lagi, kita menjadi berpikir dua kali. Rasa takut itu kembali muncul. Semua pikiran buruk terlintas di pikiran kita bahwa segalanya pasti akan berujung pada akhir yang sama.

Namun, saya percaya bahwa semuanya hanya perlu waktu karena waktu yang akan berbaik hati menyembuhkan segalanya, seperti kata Tere Liye dalam novelnya Sunset Bersama Rosie. Sepahit apapun sebuah akhir atau cinta yang gagal, semua akan terobati jika sudah waktunya. Sosok Tegar dalam novel tersebut yang ditinggal menikah oleh orang yang dicintainya sejak kecil, mengajari saya arti sebuah keteguhan hati dalam melalui rasa sakit hati pasca perpisahan dan berdamai dengan rasa sakit tersebut.

Jika kita melihat dari sisi yang positif, sebuah akhir terkadang menjadi sebuah pertanda bahwa kita bisa memulai dan mempelajari hal-hal baru, meskipun itu sangat sulit di awal. Tidak semua akhir adalah benar-benar akhir, karena di balik itu pasti tersimpan pelajaran yang bisa kita ambil. Kita bisa lebih kuat dan barangkali dengan berakhirnya sebuah hubungan, kita akan memulai dengan hubungan baru dengan orang yang tepat untuk kita.

Sebagai penutup, buat kita yang sedang berada dalam fase berantakan dan merasa gagal dalam melakukan sesuatu, jangan merasa ini sebuah akhir yang menyedihkan. Meskipun memulai kembali dari awal itu menyulitkan, kita hanya perlu bergerak dan bergerak sesuai kapasitas kita untuk melalui itu semua. Percayalah, kejaiban sedang menunggu kita di depan sana.

NB: Artikel ini pernah diterbitkan di Hipwee.

Previous Post Next Post

Contact Form